FGD Nasional Rotan Sebagai Unggulan HHBK

Yayasan Pengembangan Sumberdaya Hutan (NTFP-EP) Indonesia mengadakan FGD Nasional rotan sebagai unggulan HHBK

NTFP-EP Indonesia sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada penelitian dan pengembangan hhbk. Pada tanggal 4 Desember 2019, NTFP-EP Indonesia  mengadakan FGD nasional hhbk rotan, isu yang diangkat adalah “potensi ekonomi pasar untuk pengembangan dan pemanfaatan HHBK rotan”. FGD nasional tersebut di hadiri oleh para pemangku kepentingan seperti Departemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Departemen Perindustrian, WWF Indonesia, PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia, HIMKI dan pemerhati rotan dan pengusaha rotan Jawa Tengah dan Cirebon. FGD tersebut, secara resmi dibuka oleh Jusupta Tarigan sebagai Direktur Eksekutif NTFP EP Indonesia. Dalam sambutannya, Jusupta Tarigan menyampaikan bahwa  perlu kolaborasi antar semua pihak terkait data dan informasi rotan yang sampai saat ini belum “satu data dan kata” antar lembaga.  Untuk itu, Tarigan  mendorong semua pihak yang hadir dalam FGD ini untuk satu semangat dan gerakan dalam mendorong dan menjadikan rotan sebagai unggulan hasil hutan bukan kayu secara nasional.

Selanjutnya, tim studi rotan dari NTFP memberikan kajian
hasil sementara yang dipaparkan oleh Jhon Roy Sirait, pada pemaparan kajian dan
temuan dari NTFP-EP Indonesia, adanya penurunan eksport rotan di Indonesia 5
tahun terakhir ini, sementara sumber bahan baku di sentra rotan sangat banyak
dan masih sesuai kuota yang di alokasikan oleh departemen perdagangan
Indonesia.  Menurut Pak Dr. Jamal dari
Litbang KLHK terkait dengan  “Permendag
No. 35 tahun 2011 tidak perlu dicabut akan tetapi direvisi, Jika permendag No.
35  tahu 2011 dicabut seluruh rotan yang
ada di hulu akan habis, hal senada juga disampaikan oleh pengurus HIMKI.

Ibu Jasni sebagai pemerhati rotan di Indonesia menyoroti akan
pentingnya rotan yang ada di papua yang selama ini belum tergali dengan baik,
sebagai salah satu sumber rotan yang cukup banyak ada baiknya para industry dan
pemangku kepentingan mencoba memperluas wilayah sumber bahan baku tersebut
kebagian timur Indonesia.

FGD juga menyoroti jumlah potensi rotan yang ada saat ini di
dalam hutan yang berotan di inodonesia, dalam diskusi ini Dody Rahmasyah dari
KLHK-Direktorat IPSH mengatakan : “Saat ini KLHK sedang menyusun guideline
untuk menghitung potensi rotan di Indonesia yang ada saat ini, untuk demoplot
ada di Kalimantan Barat-kab. Kapuas hulu.

Untuk kelangkaan bahan baku Rotan , WWF Indonesia memberi
masukan bahwa pentingnya intervensi pemerintah untuk hulu hilir rotan dan  benar-benar menerapkan standar yang sudah di
bangun selama ini seperti SNI sebagai standart nasional.

Yang tak kalah menarik di akhir dari FGD ini adalah adanya
pernyataan dari pak Mediarma dari departemen Perindustrian berkata; ditingkat
dirjen sudah sering membahas ini dan bahkan di meja presiden sering di bahas di
Ratas (rapat terbatas), akan tetapi sampai saat ini pak Jokowi pun belum mampu
menyelesaikannya.

Diakhir FGD, Jusupta Tarigan mencoba isu rotan ini jangan
hanya isu craft nya aja yang diangkat akan tetapi isu makanan juga harusnya
bisa jadi lebih menarik, beberapa produk pangan bisa di hasilkan dari rotan itu
sendiri.

 



Leave a Reply

five + 15 =