pgs-1

Memperluas pembelajaran melalui aksi I : PGS Rotan SulawesiPalu, Sulawesi Tengah

PGS Rotan merupakan proyek yang diprakarsai oleh NTFP-EP Indonesia yang bertujuan untuk menerapkan sertifikasi yang efektif dan hemat biaya bagi perotan untuk rotan yang dipanen dari kebun rotan berbasis masyarakat.

PGS Rotan menyatukan standar yang berbeda, menggabungkan prinsip perdagangan yang adil, pengelolaan sumber daya berkelanjutan dan melihat aspek hak (keberlanjutan jangka panjang tergantung pada hak kepemilikan jangka panjang).

PGS sudah diterapkan pada tanaman organik dan telah diterima oleh pemerintah di negara tertentu seperti India dan di negara berkembang seperti Amerika Serikat dan Selandia Baru. Sistem PGS rotan merupakan upaya untuk memperluas prinsip di sektor Kehutanan tidak hanya pasar nasional tetapi juga international.

  • One
  • Two

PGS Rotan / ROLEs (Rotan Lestari) merupakan sistem penjaminan secara partisipatif. Dalam perkembangannya diperlukan kontribusi dari pihak yang terkait dengan rotan seperti perotan, pengrajin rotan, pedagang rotan dan pemerintah (Dinas Kehutanan, Dinas Perdagangan dan Koperasi)

ROLEs sudah terlaksana di Desa Eheng, Kabupaten Kutai Barat dan Desa Namo, Kabupaten Sigi. Skema ROLEs di Desa Eheng digunakan untuk mensertifikasi rotan yang digunakan untuk membuat anyaman tas (Anjat) dari Kelompok Pengrajin Bina Usaha Rotan (BUR). Anjat yang tersertifikasi sudah dipasarkan secara lokal, nasional dan internasional melalui pasar kerajinan tradisional (IFAM – International Folk Art Market https://www.folkartalliance.org/) di Amerika. Sedangkan ROLEs di Desa Namo telah mensertifikasi rotan yang berasal dari Hutan Desa Namo. Rotan digunakan untuk bahan baku meubel (kursi, meja) kerjasama dengan UD. Fajar Baru, CV. INORI yang dipasarkan ke The Fair Trade Furniture Company (http://fairtradefurniture.co.uk/) di Inggris.

Melalui Unit ROLEs di tingkat Kabupaten dan Nasional, proses produksi yang dilakukan oleh perotan maupun pengolah diawasi untuk menyesuaikan dengan standar ROLEs.

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah di Indonesia dan memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.

NTFP EP Testimoni

Linking People and Forests