Penggalian Potensi HHBK di Kampung Long Laai, Segah, Berau, Kaltim

5 bulan berlalu, melalui program TFCA Kalimantan siklus III, Konsorsium Penabulu (Yayasan Penabulu, NTFP EP Indonesia, LPPSLH) bekerja mendampingi masyarakat di Kabupaten Berau. Penggalian data awal menggunakan metode CLAPS sudah dilakukan di 20 Kampung. Bulan Juli dan Agustus ini, penggalian data dilakukan di 7 Kampung tersisa.

Siang itu, 22 Juli 2017 kami berangkat menuju Kampung Long Laai dari Kampung Punan Malinau menggunakan ketinting. Kampung kedua yang akan dilakukan penggalian data. Perjalanan di Sungai Segah disuguhi pemandangan yang indah berupa pepohonan yang masih alami. Menuju Kampung Long Laai melalui jalur sungai harus melewati dua riam. Riam pertama tidak jauh dari Kampung Long Ayap dan riam kedua dekat dengan Kampung Long Laai. Beruntung yang mengantar kita ke Kampung sangat handal dalam mengemudikan perahu sehingga sampai di Kampung Long Laai tidak ada halangan.

Kampung Long Laai sendiri bukan kampung yang paling ujung di Kecamatan Segah. Masih ada 2 kampung lagi setelahnya. Dulunya kampung ini adalah ibukota Kecamatan Segah. Kampung ini dikelilingi oleh hutan. Secara keseharian masyarakat berkebun, mengambil hasil hutan (rotan) dan kadang mencari ikan.

Rotan masih selalu digunakan oleh masyarakat untuk membuat kerajinan dan peralatan berkebun dan mencari ikan. Hampir setiap perempuan dapat membuat anyaman keranjang yang digunakan untuk berkebun. Akan tetapi hanya beberapa perempuan saja yang bisa membuat anyaman kerajinan dari rotan. Apabila akan dikembangkan perlu ada peningkatan keahlian mengayam untuk kerajinan anjat. Selain rotan masih ada beberapa hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan yaitu tanaman obat. Diperlukan kajian khusus mengenai khasiat tanaman obat apabila akan dikembangkan.

Katinting long Laai