Dari Amazon ke Asia Tenggara: Pertukaran Pengetahuan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Kearifan Lokal di Palawan, Filipina

Palawan, Filipina – Delegasi NTFP-EP Indonesia yang diwakili oleh Yusril Fuadi dan Cindy Kusuma Dewi serta delegasi IMUNITAS oleh Enjang Tri Budianto dan Anwar mengikuti kegiatan GAIA Amazona NTFP Exchange Learning di Palawan, Filipina pada 5–10 Mei 2025. Acara ini dihadiri oleh peserta dari enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Myanmar, dan Kolombia dengan fokus pada pengelolaan hasil hutan bukan kayu (HHBK) secara lestari berbasis komunitas. Kegiatan dibuka dengan perkenalan masing-masing negara yang memaparkan sistem pemerintahan adat, konteks budaya, serta tata kelola sumber daya alam. Delegasi Indonesia menyampaikan praktik perhutanan sosial dan reforma agraria, termasuk studi kasus dari Desa Namo dan Desa Lonca di Sulawesi Tengah, yang mengelola rotan dan madu hutan.

Foto bersama peserta NTFP X GAIA Amazona Exchange Learning Foto oleh Exchange Learning Team (2025)
Foto bersama peserta GAIA Amazona and NTFP Exchange Learning
Foto oleh: Exchange Learning Documentation Team (2025)

Pada 6 Mei 2025, diskusi berfokus pada ekonomi lokal dan strategi partisipasi komunitas dalam ekonomi utama. Delegasi Indonesia mengangkat tantangan petani rotan seperti harga rendah dari pengepul, keterbatasan akses pasar, serta minimnya fasilitas pengolahan. Solusi yang ditawarkan meliputi penguatan kelembagaan, pemanfaatan teknologi, dan sistem jaminan panen lestari melalui PGS (Participatory Guarantee System). Kegiatan dilanjutkan keesokan harinya pada 7 Mei 2025 dengan kunjungan lapangan ke komunitas pemanen Almaciga (damar) di Paupanau. Para peserta menempuh jalur hutan dan sungai untuk menyaksikan langsung proses pemanenan getah. Meski sempat terkendala cuaca ekstrem, kunjungan berjalan lancar dan menghasilkan berbagai masukan terkait keselamatan dan manajemen kegiatan lapangan.

Field visit pemanenan Almaciga (damar) Dokumentasi oleh Exchange Learning Documentation Team (2025)
Field visit pemanenan Almaciga (damar)
Foto oleh: Exchange Learning Documentation Team (2025)

Diskusi juga membahas berbagai produk unggulan komunitas seperti madu Vietnam, rotan Indonesia, cabai Kolombia, dan kerajinan bambu dari Filipina. Delegasi Indonesia mempresentasikan sistem PGS Rotan Lestari yang mengatur rotasi panen, pengawasan adat, dan sertifikasi digital melalui website. Pada sesi refleksi, Indonesia menegaskan pentingnya pendampingan komunitas, penyusunan legalitas produk, serta penguatan kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Target jangka panjangnya adalah menjadikan komunitas rotan dan madu di Desa Namo dan Lonca sebagai percontohan nasional dengan sertifikasi KUPS emas maupun platinum. Pada malam hari, terdapat malam budaya di mana masing-masing negara menampilkan budaya (tari, lagu) dari negaranya.

Pemaparan oleh Yusril Fuadi (Indonesia) Dokumentasi oleh Exchange Learning Documentation Team (2025)
Pemaparan oleh Yusril Fuadi (Indonesia)
Foto oleh: Exchange Learning Documentation Team (2025)
Malam budaya peserta fdari Indonesia Dokumentasi oleh Exchange Learning Documentation Team (2025)
Malam budaya peserta dari Indonesia
Foto oleh: Exchange Learning Documentation Team (2025)

Kegiatan diakhiri dengan kunjungan wisata edukatif ke Puerto Princesa Underground River, salah satu situs Warisan Dunia UNESCO dan Ugong Rock Adventure, yang dikelola oleh masyarakat lokal sebagai bentuk ekowisata berkelanjutan. Melalui kegiatan ini, Indonesia dan negara peserta lainnya memperkuat komitmen dalam pengelolaan sumber daya alam yang adil, inklusif, dan berkelanjutan, sembari mendorong peran aktif komunitas adat dalam pelestarian hutan dan pengembangan ekonomi lokal.



Leave a Reply

5 × 4 =