Green Livelihoods Alliance: Aksi Nyata untuk Keadilan Lingkungan dan Keberlanjutan

Ekspose proyek Green Livelihoods Alliance Dok. NTFP-EP Indonesia (2025)
Ekspose proyek Green Livelihoods Alliance
Dok. NTFP-EP Indonesia (2025)

Proyek Green Livelihoods Alliance (GLA) merupakan inisiatif jangka panjang yang telah berjalan sejak tahun 2016 dan mengakhiri kiprahnya pada tahun 2025. Proyek ini memfokuskan implementasi kegiatan di Lanskap Lariang, sebuah pilihan strategis mengingat Lariang adalah sungai terpanjang di Pulau Sulawesi. Keunikan sungai ini terletak pada jangkauannya yang melintasi tiga provinsi sekaligus, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan, menjadikannya koridor ekologi yang vital dan kompleks. Dalam konteks spesifik implementasi, GLA memusatkan intervensinya pada dua kabupaten di Sulawesi Tengah: Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso.

Di Kabupaten Sigi, area fokus GLA mencakup lima desa krusial: Desa Namo, Lonca, Lempelero, Moa, dan Pilimakujawa. Pemilihan desa-desa ini didasarkan pada potensi sumber daya hutan dan kebutuhan masyarakat akan penguatan kapasitas. Sementara itu, di Kabupaten Poso, kegiatan GLA tersebar di tujuh desa: Desa Wanga, Kadua, Tuare, Tomehipi, Kageroa, Bariri, dan Bulili. Kehadiran di desa-desa ini bertujuan untuk mengatasi tantangan spesifik yang dihadapi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan peningkatan kesejahteraan. Dalam pelaksanaan proyek dilakukan kerja sama dengan mitra lokal untuk membantu masyarakat sekitar hutan untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan. Di Kabupaten Sigi, bekerja sama dengan Perkumpulan Inovasi Komunitas  (IMUNITAS) dan KARSA Institute. Sementara, di Kabupaten Poso bekerja sama dengan Yayasan Panorama Alam Lestari (YPAL) dan Relawan Orang Untuk Alam (ROA). Di tingkat nasional, bekerjasama dengan Working group for ICCA (Indigenous Community Conservation Area) atau WGII untuk advokasi hak tata kelola lahan dan hutan.

Kegiatan Ekspose Proyek GLA dilaksanakan sebagai wadah penyampaian hasil kegiatan proyek kepada para pihak di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso. Selain itu, juga sebagai wadah cerita baik masyarakat yang terdampak proyek dan berbagi informasi kolaborasi yang dapat dilakukan untuk meneruskan kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan dihadiri oleh perwakilan masyarakat dari masing-masing desa dampingan, para mitra, dan pemerintah yang diwakili oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPERIDA) Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso.

Agenda kegiatan ekspose GLA Dok. NTFP-EP Indonesia (2025)
Agenda kegiatan ekspose GLA
Dok. NTFP-EP Indonesia (2025)

Seluruh pihak terkait, mulai dari pemerintah daerah, masyarakat lokal yang menjadi penerima manfaat, hingga organisasi non-pemerintah (NGO) lokal yang bermitra dalam implementasi, secara bulat menyatakan bahwa proyek GLA telah memberikan dampak perubahan positif yang signifikan. Dampak positif ini terwujud dalam berbagai aspek, termasuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola sumber daya hutan secara berkelanjutan, promosi dan pengembangan produk hasil hutan bukan kayu yang meningkatkan ekonomi lokal, pendampingan advokasi hak atas lahan hutan melalui skema perhutanan sosial, serta penguatan tata kelola lahan dan hutan yang mengintegrasikan pengetahuan lokal. Selain itu, pihak pemerintah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada seluruh stakeholder yang berpartisipasi aktif dalam menyelenggarakan programGLA di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso. Pemerintah setempat meengharapkan strategi kolaborasi program multisektor dalam pengelolaan perhutanan sosial, pengurangan risiko bencana, serta peningkatan kualitas lingkungan hidup tetap dipertahankan dan saling melengkapi.

Penyampaian cerita baik oleh masyarakat Dok. NTFP-EP Indonesia (2025)
Penyampaian cerita baik oleh masyarakat
Dok. NTFP-EP Indonesia (2025)


Leave a Reply

three × three =