Rumah baru bagi Punan Adiu, pembelajaran baru bagi saya

Merupakan hari yang special bagi Dayak Punan Adiu di Malinau, Kabupaten yang berada di bagian Utara pulau Kalimantan. Setelah 15 tahun sejak banjir tahun 1999, mereka akhirnya bisa membangun gedung pertemuan “Balai Adat”

Hal ini terjadi karena adanya bantuan dari Pemerintah setempat yang di pimpin oleh “Bupati” melalui program “GERDEMA”

Sehingga pada akhir July, saya bisa berkunjung ke Malinau. Menghadiri peresmian Balai Adat dengan kegiatan Festival Makanan dan Budaya Dayak Punan serta Dayak Penan dari Sarawak, Malaysia. Kegiatan ini di fasilitasi oleh LP3M, NGO lokal yang membantu masyarakat Dayak Punan. Kegiatan berlangsung di Desa Punan Adiu. Dihadiri oleh perwakilan Punan desa yang lain dan masyarakat Punan sendiri. Perwakilan dari NGO; JKPP (the national participatory mapping network, PADI Indonesia, NGO lokal fokus untuk membantu organisasi, Save the Rivers, Perkumpulan Menapak Indonesia dan perwakilan NTFP EP Malaysia dan India. Selain itu dihadiri juga oleh guru yang ditugaskan dalam program membangun daerah terpencil.

Perjalanan menuju Desa Punan Adiu membutuhkan waktu 2 jam, setengah jam jalan beraspal dan sisanya berbatu dan berdebu. Ketika sampai, kita disambut oleh masyarakat desa. Perwakilan yang hadir akan memperoleh gelang sebagai tanda.

Selama kurang lebih 2 hari, setiap tamu dan mitra memberikan informasi terkait dengan masyarakat adat. Peserta sangat antuias mengikuti kegiatan ini. Dalam penjelasa tersebut, setiap mitra memiliki tantangan dalam membantu masyarakat adat. Sehingga masyarakat adat dapat mempertahankan dan menjaga hutan adat.

Hari berikutnya perjalanan menuju sungai aren. Perahu menunggu di pinggiran sungai. Setiap orang diantar menuju sungai aren. Memasuki sungai aren, airnya bersih dan banyaknya pepohonan yang membuat udara menjadi dingin. Ada beberapa perahu yang sulit untuk menyeberangi sungai yang dangkal karena kelebihan muatan. Setelah 1 jam, akhirnya beristirahat di rumah jaga hutan adat Punan Adiu.

Dengan masyarakat, kami belajar bagaimana membuat makanan Dayak Punan yang berasal dari hutan. Ikan, ubi, sagu, pisang dan yang lainnya digunakan sebagai bahan memasak makanan. Kita juga belajar untuk membuat sagu, makanan khas Punan yang di ekstrak dari batang tanaman.

 

Melalui kegiatan ini, saya juga belajar cara praktis mengidentifikasi jenis tanaman bersama teman dari India. Kegiatan diakhiri dengan makan bersama dari makanan yang sudah dimasak tersebut. Kemudian menyusuri sungai kembali ke Desa Adiu. Malam harinya diadakan pesta budaya sebagai penutup kegiatan.

Anda mempunyai artikel bagus?

Segera kirimkan kepada kami.

Linking People and Forests