Desa Namo dan Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) setelah gempa 2018

Terjadinya Gempa dan Likuifaksi pada tahun 2018 di Palu mengakibatkan dampak yang sangat besar pada seluruh wilayah di daerah Palu. Salah satu Desa yang terdampak adalah Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Desa Namo memiliki potensi HHBK yang cukup tinggi seperti rotan, madu, pandan hutan, aren, pinus, damar serta tanaman obat.Desa Namo memiliki kondisi landscape berupa pegunungan dan lembah, dengan kontur tanah yang gembur. Kondisi ini menyebabkan sangat rentan terjadinya pergeseran tanah. Karena pergeseran tanah akibat gempa dan longsor membuat masyarakat kesulitan untuk mencapai lokasi tempat HHBK berada.

Sehingga NTFP-EP Indonesia menginisiasi studi kelayakan untuk rehabilitasi dan restorasi HHBK. Sehingga mata pencaharian alternatif masyarakat Desa Namo dari HHBK dapat terpenuhi. Salah satu hasil studi tersebut adalah perlunya pembibitan dari berbagai macam jenis tanaman HHBK seperti rotan, aren, tanaman penghasil resin (pinus, damar), serta tanaman obat.

Hasil dari pembibitan ini nantinya akan dijadikan sebuah Arboretum. Arboretum ini dibuat dengan tujuan mempermudah generasi muda khususnya untuk memahami dan belajar mengenai potensi HHBK. Sehingga akan membangun rasa peduli dan memiliki serta terus menjaga potensi Desa Namo agar tetap lestari.

Penjelasan mengenai jenis bibit HHBK oleh masyarakat Desa Namo "Bapak Murlan"
Penjelasan mengenai jenis bibit HHBK oleh masyarakat Desa Namo “Bapak Murlan”
Edukasi tanaman HHBK desa Namo Oleh Direktur NTFP-EP Indonesia "Anang Setiawan" kepada Mahasiswa magang asal Australia "Emma"
Edukasi tanaman HHBK desa Namo Oleh Direktur NTFP-EP Indonesia “Anang Setiawan” kepada Mahasiswa magang asal Australia “Emma”

 

 



Leave a Reply

five × 3 =